TELUSURI

Sabtu, 04 Mei 2013

VISION, MASSION, AND BELIEF



Perencanaan (planning) pada dasarnya merupakan suatu proses untuk menetapkan di awal berbagai hasil akhir (end result) yang ingin dicapai organisasi di masa mendatang. Menurut G. R Terry bahwa perencanaan adalah memilih dan menghubungkan fakta dan membuat serta menggunakan asumsi-asumsi mengenai masa yang akan datang dengan jalan menggambarkan dan merumuskan kegiatan-kegiatan yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan.
            Visi merupakan gambaran tentang masa depan (future) yang realistic dan ingin diwujudkan dalam waktu tertentu. Visi adalah pernyataan yang diuncapkan atau ditulis hari ini, yang merupakan proses manajemen saat ini yang manjangkau masa yang akan datang. Sedangkan misi merupakan tindakan atau upaya untuk mewujudkan visi. Jadi misi merupakan penjabaran visi dalam bentuk rumusan tugas, kewajiban, dan rancangan tindakan yang dijadikan arahan untuk mewujudkan visi sehingga tercapai tujuan. Dengan kata lain, misi adalah bentuk layanan untuk memenuhi tuntutan yang dituangkan dalam visi dengan berbagai indikatornya. Sebuah organisasi harus menetapkan tindakan yang akan diambil untuk mencapai tujuan yang dikejar, misi yang ingin dicapai, mengrealisasikan visi, dan keyakinan yang harus dipenuhi.
            Beliefs adalah keyakinan tentang kebenaran visi dan kebenaran jalan yang dipilih untuk mewujudkan visi. Sedangkan core values adalah nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh organisasi dalam perjalanan mewujudkan visi. Core Values memberikan batasan dalam pemilihan cara-cara yang ditempuh dalam perjalanan mewujudkan visi. Core Values membentuk perilaku yang diharapkan dari anggota organisasi dalam perjalanan mewujudkan visi organisasi.
            Terkait dengan hal tersebut, maka  pembahasan akan difokuskan pada beberapa unsur dalam proses perencanaan strategis, yaitu memformulasikan (merumuskan) visi, misi, serta keyakinan (belief).

A.  Visi
            Langkah penting dalam proses perencanaan strategis adalah mengembangkan deskripsi yang jelas dan ringkas tentang organisasi atau komunitas harus seperti apa ketika berhasil mengimplementasikan strateginya dan mencapai seluruh potensinya. Deskripsi ini harus menjadi visi keberhasilan organisasi. biasanya, visi keberhasilan ini lebih penting sebagai panduan untuk mengimplementasikan strategi atau tindakan bukan memformulasikannya.
            Penggunaan kata visi, memang sering salah kaprah. Di sebuah lembaga besar, katakanlah sebuah departeman pemerintah, sering ditemukan banyak visi. Di tingkat menteri ada visi. Di tingkat direktorat jenderal ada visi. Di tingkat direktorat ada visi. Lebih dari itu, di tingkat subdirektorat pun ada visi. Padahal visi departeman semestinya hanya satu dan berlaku untuk seluruh jajaran. Pada unit atau tingkat organisasi di bawahnya, yang ada adalah tindakan untuk menuju visi atau yang sering disebut misi. Bahkan, lebih operasional lagi, yang dipentingkan pada unit di bawahnya adalah program dan tindakan untuk mencapai tujuan organisasi secara produktif (Sudarwan Danim, 2008: 15-16). Vincent Gaspersz (2012: 3) menjabarkan visi sebagai berikut:
1.      Suatu pernyataan menyeluruh tentang gambaran ideal yang ingin dicapai oleh organisasi di masa yang akan datang.
2.      Suatu penyataan komitmen bersama antara manajemen puncak (top management) dan semua tingkat dari organisasi yang akan merupakan rencana-rencana strategik untuk mencapai visi dari organisasi itu.
3.      Suatu penggabungan nilai-nilai dari setiap orang dalam organisasi untuk menjadi bagian dari visi organisasi.
            Visi adalah citra nilai dan kepercayaan ideal. Dengan kata lain, visi merupakan wawasan luas ke masa depan dari manajemen dan merupakan kondisi ideal yang hendak dicapai oleh perusahaan/organisasi di masa yang akan datang. Visi memberi arah dan ide aktual kepada manajemen dalam proses pembuatan keputusan, agar setiap tindakan yang akan dilakukan senantiasa berlandaskan visi perusahaan/organisasi dan memungkinkan untuk mewujudkannya (Purwanto, 2012: 81).
            Dari kedua pendapat diatas berarti visi adalah kondisi ideal masa depan yang masih abstrak, tetapi merupakan konsepsi keadaan yang diciptakan dan akan diwujudkan oleh seluruh anggota organisasi dan sekaligus sebagai kerangka gambaran kondisi yang akan dicapai organisasi di masa mendatang, sehingga setiap proses mengambil keputusan menjadi terarah.
            Visi merupakan suatu pernyataan ringkas tentang cita-cita organisasi yang berisikan arahan yang jelas dan apa yang akan diperbuat oleh perusahaan di masa yang akan datang. Untuk mengujudkan visi tersebut maka perusahaan melakukan pengembangan misi yang akan dijalani dalam tiap aktivitas. Vincent Gaspersz (2012: 3) memberikan karakteristik dalam merumuskan visi yaitu;
1.      Singkat dan mudah diingat.
2.      Diciptakan melalui konsensus.
3.      Memiliki pengaruh dan menantang bagi orang-orang untuk berhasrat mencapai visi itu.
4.      Deskripsi dari keadaan ideal yang diinginkan.
5.      Memberikan arah dan fokus bagi organisasi dan manajemen.
6.      Menarik bagi karyawan, pelanggan dan takeholders.
7.      Deskripsi dari tingkat pelayanan, kualitas produk dan biaya yang diinginkan di masa mendatang.
8.      Bersifat tetap sepanjang waktu, selalu up to date (tidak usang).
            Ray Kroc (Vincent Gaspersz, 2012: 4) pendiri McDonalds merumuskan visi dalam pernyataan yang singkat dan tegas, yaitu: “Quality, Service, Cleanliness, Value”. Menurut Vincent Gaspersz (2012) proses visi didesain untuk memberikan struktur penciptaan visi, yang pada dasarnya terdiri dari delapan langkah berikut:
1.      Mengumpulkan Input
2.      Melakukan Brainstorming
3.      Menyeleksi ide-ide yang terkumpul
4.      Mengembangkan Draft tentang pernyataan
5.      Memperbaiki Pernyataan Visi Perusahaan
6.      Menguji Kriteria
7.      Memperoleh Persetujuan Organisasi melalui Manajemen Puncak
8.      Mengkomunikasikan dan Melakukan Upacara Penetapan Visi Organisasi
            Dengan diterimanya visi organisasi itu, maka semua rencana strategik dan implementasi dari rencana strategik organisasi harus mengacu kepada visi organisasi itu. Suatu visi organisasi tanpa diikuti dengan rencana strategik dan implementasi dari rencana strategik organisasi, hanya merupakan slogan dan impian yang tidak akan pernah tercapai. Dengan demikian agar suatu visi organisasi menjadi efektif, maka diperlukan transformasi visi (Visionary Transformation).
B.  Misi
            Nisjar dan Winardi (dalam Danim, 2008: 26) mengemukakan bahwa misi merupakan deskripsi alasan bagi eksistensi suatu organisasi, yang mencerminkan tujuan fundamentalnya. Menurut Purwanto (2012) misi adalah dasar kegiatan atau peranan yang diharapkan masyarakat dari badan usaha. Misi merupakan hal-hal yang melegitimasi keberadaan badan usaha, suatu citra badan usaha. Sedangkan Vincent Gaspersz (2012) mengemukakan bahwa misi merupakan:
1.      Suatu pernyataan singkat dan menyeluruh tentang manfaat dari suatu organisasi.
2.      Suatu alat yang sangat bernilai dalam mengarahkan, merencanakan, dan menerapkan usaha-usaha dari organisasi.
3.      Bagian dari identitas organisasi, mencakup semua dan jarang berubah, serta menjadi rasional untuk keberadaan atau kehadiran dari organisasi.
            Dengan kata lain, misi adalah deskripsi tentang apa yang hendak dicapai dan untuk siapa yang menjadi tujuan fundamental dan unik yang menunjukkan perbedaan suatu organisasi dengan organisasi lain yang sejenis dan mengidentifikasi cakupan (scope) organisasinya.
            Dari pengertian tersebut, Vincent Gaspersz memberika kriteria penting yang tidak dapat dilupakan dalam merumuskan misi suatu organisasi, yaitu:
1.      Menyatakan alasan-alasan tentang keberadaan dan organisasi.
2.      Mengidentifikasi manfaat keseluruhan untuk kehadiran atau keberadaan dari organisasi.
3.      Mengidentifikasi kebutuhan dasar atau persoalan nyata yang dihadapi dan harus diselesaikan oleh organisasi.
4.      Mengidentifikasi pelanggan (internal dan eksternal) dari organisasi.
5.      Membantu mengidentifikasi ekspektasi pelanggan dan tankeholders, persyaratan-persyatan yang harus dipenuhi, proses-proses dan sumber-sumber daya yang digunakan untuk memenuhi persyaratan-persyaratan itu.
6.      Tidak menyatakan suatu hasil
7.      Tidak ada batas waktu atau pengukuran
8.      Memberikan basis untuk pembuatan keputusan tentang alokasi sumber-sumber daya dan penetapan tujuan yang tepat.
            Unsur-unsur misi tersebut selayaknya dinyatakan sebagai keyakinan untuk sungguh-sungguh dilaksanakan oleh organisasi, tidak hanya sebagai semboyan tanpa makna. Oleh karena banyak hal yang perlu diketahui oleh masyarakat yang dilayani, rumusan misi tidak dapat terdiri dari satu kalimat atau pernyataan singkat saja.
            Merumuskan misi organisasi terkadang dianggap mudah, tetapi kesulitannya lebih banyak ketimbang gampangnya. para pengambil keputusan strategik sering mampu merumuskan misi itu dengan baik, tetapi segera timbul kesulitan dalam mengkoordinasikan tindakan-tindakan manajerial. Inilah peranan kritis dari berbagai organisasi karena banyak organisasi yang gagal merealisasikan misinya. Misi, karenanya harus mendarat lebih dahulu dalam hati semua orang yang bekerja dalam organisasi itu. Jadi apabila dikatakan bahwa salah satu misi dalam lembaga pendidikan adalah meningkatkan kualitas, maka seharusnya semua orang yang terlibat dalam proses itu memahami sungguh-sungguh apa yang dimaksud dengan meningkatkan kualitas itu dan senantiasa berusaha menuju ke sana, sementara manajemen puncak harus pula komit untuk mempertahankan tekad itu.
            Terkait dengan hal tersebut, pada dasarnya misi dibuat untuk jangka waktu tiga sampai lima tahun dan dapat berubah. perubahan itu bisa dilakukan jikalau terjadi perubahan penting dalam lingkungan, misalnya ada peluang yang harus dikejar, ada ancaman, atau tantangan yang sangat berarti. Bisa juga terjadi perubahan apabila manajemen baru menghendakinya. Misi juga dapat bertahan bertahun-tahun tanpa ada perubahan, yaitu jika kondisi lingkungan dan pihak-pihak terkait masih menghendaki demikian. Jadi misi bukanlah dogma yang tidak bisa berubah.
C.  Keyakinan
                Keyakinan itu penting, tetapi itu akan berarti jika dari pernyataan tidak hanya tergantung di dinding. Selanjutnya, apakah hiasan dinding seperti itu dikembangkan oleh "komite yang mewakili semua pemangku kepentingan dalam masyarakat" atau diciptakan satu malam oleh pengawas. Sampai keyakinan itu dipandang sebagai kondisi kesediaan untuk seolah-olah bertindak. Sampai keinginan ini tertanam jauh di dalam budaya organisasi dan hati setiap orang yang terlibat, pernyataan kepercayaan akan membuat sedikit perbedaan. Sama pentingnya dengan itu adalah untuk mengembangkan pernyataan kepercayaan untuk memandu pengembangan strategi, bahkan lebih penting untuk mengembangkan strategi untuk memastikan bahwa keyakinan, perhatian dan komitmen dari semua orang sehingga keyakinan itu menghasilkan visi yang direalisasikan.
      Sementara Anthony Robbins (dalam Pratikno, 2009) menjelaskan bahwa, "Belief is nothing but a state, an internal representation that governs behaviors". Ia dapat bersifat memberdayakan (empowering belief), tapi juga dapat `memperlemah' (disempowering belief). Dan, seorang bernama Robert Danton (dalam Pratikno, 2009) pernah menegaskan bahwa, sebuah keyakinan adalah apa yang secara personal kita ketahui atau kita anggap benar, sekalipun orang lain tidak menyetujuinya. Hal terakhir ini menunjukkan sifat subjektif dari belief seseorang.
            Dalam kaitannya dengan perencanaan organisasi, sebuah keyakinan dapat bersifat memberdayakan bila ia menuntun kita untuk melihat kemungkinan (possibility) untuk dapat berhasil atau mencapai tujuan tertentu. Sebaliknya, ia juga dapat memperlemah jika kita tidak yakin terhadap kemungkinan peluang tercapainya tujuan tersebut. Artinya, bila kita yakin bahwa kita tidak akan bisa berhasil, maka disempowering belief ini membuat kita malas melaksanakan atau mengimplementasikan visi dan misi yang telah ditetapkan. Sebaliknya, jika kita yakin dapat merealisasikan visi dan misi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, maka empowering belief ini akan menjadi semacam sumber energi luar biasa yang membuat kita mampu bertekun dan bekerja keras untuk mencapai apapun tujuan yang telah kita tetapkan dalam hati. Darimana sebuah keyakinan muncul? Robbins (dalam Pratikno, 2009) menyebutkan lima sumber, yakni:
1.      lingkungan sekitar (environment),
2.      peristiwa-peristiwa yang terjadi di sekitar kita (events),
3.      pengetahuan (knowledge),
4.      hasil-hasil masa lalu (our past results), dan
5.      creating in your mind of the experience you desire in the future as if it were here now (semacam visi yang seolah-olah berlangsung sekarang).
            Dalam pengertian di atas, sebuah belief ikut membentuk sikap atau perilaku, yakni suatu pola berpikir (kognitif) dan pola berperasaan (afektif) yang kemudian dinyatakan dalam perilaku tertentu (behavior). Dan dalam arti yang dijelaskan Robbins bahwa belief memiliki kesamaan pengertian dengan apa yang disebut Stephen Covey, pengarang The 7 Habits of Highly Effective People, sebagai paradigma atau peta mental.
            Baik Robbins maupun Covey sepakat bahwa belief atau paradigma yang kita anut/miliki, dapat kita ubah, kita geser, atau kita perbaiki agar lebih berkesesuaian dengan fakta kehidupan (`kebenaran'). Akan tetapi hal itu tidaklah mudah dilakukan. Kebanyakan kita malas atau bahkan takut menerobos batas-batas keyakinan yang kita miliki, apalagi bila keyakinan itu juga dianut oleh sebagian besar orang di lingkungan kita (keluarga, sekolah, masyarakat, dsb).
            Menurut Anthony Robbins keyakinan dalam organisasi dapat menjadi dibagi dalam keyakinan yang memberdayakan ( empowering belief ) dan keyakinan yang membatasi (disempowering belief).
Berikut contoh empowering belief :
1.      banyak orang sukses maka saya juga bisa;
2.      saya memiliki kekuatan untuk mencapai outcome;
3.      memiliki kekayaan itu baik;
4.      mendapatkan uang itu mudah dengan cara tertentu; dll.
Sedangkan contoh disempowering belief :
1.      saya terlalu muda untuk sukses;
2.      orang kaya itu jahat, sehingga saya tidak perlu kaya;
3.      saya memiliki banyak kekurangan untuk sukses;
4.      sukses itu perlu modal besar; dll.
            Anda sekarang tentu setuju bahwa keyakinan yang memberdayakan adalah yang mendukung Anda mencapai outcome, sebaliknya keyakinan yang membatasi akan menghambat bahkan melakukan sabotase terhadap Anda. Namun seringkali banyak orang tidak menyadari dalam dirinya apa saja yang menjadi empowering belief dan apa saja yang disempowering belief. Semuanya terkesan berjalan secara otomatis tanpa dapat dikendalikan.

D.  Hubungan Visi, Misi, dan Keyakinan
            Visi merupakan suatu proses yang menggambarkan serangkaian kegiatan perencanaan dan penetapan tujuan secara tertulis. Dan misi adalah alasan keberadaan suatu lembaga. Untuk mewujudkan visi, maka dibutuhkan misi. Keyakinan adalah apa yang secara personal kita ketahui atau kita anggap benar. Artinya, keyakinan menetukan usaha setiap anggota organisasi untuk melaksanakan atau mengimplementasi visi dan misi dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Karena keyakinan menjadi semacam sumber energi luar biasa yang membuat kita mampu bertekun dan bekerja keras untuk mencapai apapun tujuan yang telah kita tetapkan. Betapa pun hebatnya suatu visi dan misi bila tidak diimplementasikan tentu saja hanya sekedar pajangan dan impian yang tidak akan bermakna.
            Karena itu, kemampuan stakeholders dan setiap anggota organisasi lainnya menumbuhkan keyakinan dalam diri setiap insan terkait bahwa mereka akan mampu mengimplementasikan visi dan misi agar tercapai tujuan yang telah ditetapkan. Kenyataannya menumbuhkan keyakinan pada setiap anggota organisasi tidak mudah dilakukan.

Refrensi

Danim, Sudarwan. (2008). Kinerja Staf dan Organisasi. Bandung: Pustaka Setia.
Gaspersz, Vincent. (2012). All-in-one Strategic Management. Bogor: Vinchristo Publication.
Pratikno, Ananto. (2009). Keyakinan. (Online). http://www.mail-archive.com. Diakses tanggal 19 Maret 2013.
Purwanto, Ivan. (2012). Manajemen Strategi (Pedoman jitu dan efektif membidik sasaran perusahaan melalui analisis aspek internal & eksternal). Bandung: Yrama Widya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Total Tayangan Halaman

RABIAL KANADA, DESA PERANGAI, KECAMATAN MERAPI SELATAN, KABUPATEN LAHAT, SUMSEL