Komba
dan Nkumbi (2008) mengkaji tentang pembangunan professional
guru di Tanzania. Berfokus pada kritik dan menganalisis persepsi dan praktek
pengembangan profesi guru oleh kepala sekolah, guru SD, koordinator pendidikan
lingkungan, petugas pendidikan kabupaten, pengawas sekolah, dan anggota komite
sekolah di enam kabupaten. Pentingnya data natural, organisasi, motivasi,
kecakupan, dan dukungan untuk pengembangan profesi guru, dikumpulkan dengan
menggunakan kuesioner, wawancara dan lembar pengamatan. Tanggapan kualitatif ditandai
dengan kode, dikategorikan dan dianalisis menjadi tema. Data kuantitatif dianalisis
dengan menggunakan frekuensi dan persentase. Mayoritas responden merasa
pengembangan profesi guru sebagai hal yang penting karena meningkatkan
profesionalisme, akademis dan teknis guru. Temuan menunjukan konsepsi dan
praktek pengembangan profesi guru yang menggabungkan kedua peningkatan
kualifikasi akademik dan pertumbuhan professional guru. Penelitian menunjukan
kontribusi yang signifikan terhadap pemahaman pengembangan profesi guru dalam
konteks mengembangkan negara dimana pengetahuan pedagogis harus didahulukan
daripada pengetahuan guru tentang materi pelajaran.
Penelitian yang dilakukan Amzat dan
Al-Hadhrami yang bertujuan untuk menyelidiki alasan di balik penurunan minat
profesi mengajar di Oman serta untuk menguji apakah faktor yang mungkin
memotivasi penurunannya profesi guru di Oman. Selain itu, peneliti mencoba
untuk menjejaki kemungkinan apakah pengembangan professional guru memberikan
kontribusi terhadap tindakan guru meninggalkan profesinya, dan untuk menentukan
faktor utama yang berkontribusi terhadapan penurunan dalam profesi guru di
Oman. Penelitian yang dilakukan dengan metode analisis Kuantitatif dengan
menggunakan Model Struktural Persamaan dengan sampel 200 orang guru, untuk
menentukan hubungan yang signifikan antara gaji, promosi, kelebihan jam kerja,
dan beban kerja tidak mengajar dengan pengembangan professional guru yang
mengakibatkan penurunan profesi guru di Oman. Dimana hasil penelitian
menunjukan bahwa dipromosikan karena pengembangan professional tidak menentukan
kenaikan gaji di Oman, tetapi untuk diperomosikan dibutuhkan pengembangan
professional. Pekerjaan atau beban kerja mungkintelah menyebabkan penurunan
guru terhadap profesi guru. Sehingga aspek gaji, promosi dan pengembangan
professional dapat sepenuhnya digunakan untuk mengurangi penurunan persentase
guru.
Penelitian
yang dilakukan oleh bertujuan pada inisiatif dan tantangan untuk mempromosikan
etika dalam pelatihan guru di perguruan tinggi. Untuk mendapatkan data peneliti
mengacu pada data kualitatif, yang dihasilkan dari Dar
es Salaam, Iringa and Mbeya regions wilayah Tanzania Afrika Timur. Data yang dikumpulkan dari
bermacam-macam informan, pengajar calon guru (dosen), guru kelas, guru mata
pelajaran, pengawas sekolah, petugas Departemen Layanan Guru, dan petugas
pendidikan. Anangisye menyatakan ada dua
inisiatif utama: penggunaan peraturan perguruan tinggi dan pengajaran agama
yang berkaitan kode etik. Tantangan selanjutnya, tidak adanya kursus atau
pelatihan yang berkaitan dengan etika guru, profesional “inkompetensi” pendidik
guru, kekurangan guru yang berkualitas, kurangnya sumber daya, masalah moral
masyarakat atau tidak bertanggung jawabnya orang tua dan masyarakat. Sehingga
disimpulkan bahwa tanpa kebijakan pendidikan yang jelas dalam mendukung
mempromosikan pendidikan etika guru, upaya yang dilakukan yang berdampak pasti
kegagalan.
Dalam studi yang
dilakukan Ross dan Gray bertujuan untuk melihat kontribusi kepala sekolah
terhadap prestasi siswa secara tidak langsung melalui komitmen guru dan
keyakinan kemampuan kolektif mereka. Dengan metode penelitian kuantitatif yang
dianalisis dengan analisis jalur menggunakan SPSS, dengan data dari 205 sekolah
dasar. Hasil penelitian menunjukan bahwa sekolah yang tingkat kepemimpinan
transformasional yang lebih tinggi maka tingkat kolektif guru akan lebih
tinggi, komitmen guru untuk sekolah besar, komunitas sekolah, kemitraan sekolah
dan masyarakat, dan prestasi siswa yang lebih tinggi. Meningkatkan praktek
kepemimpinan tranformasional di sekolah membuat sumbangan kecil tapi secara
praktis penting bagi prestasi siswa secara keseluruhan.
Lopes
dan Tormenta dalam penelitian mereka yang bertujuan untuk mengetahui kontribusi
pengetahuan masyarakat terhadap peningkatan efek pelatihan pra-kerja guru,
dalam hal belajar sepanjang hayat dan efektivitas profesional. Dengan
menyajikan berkaitan dengan kurikulum pelatihan pra-kerja dan pembangunan
identitas guru. Penelitian menggunakan kualitatif dengan memilih 4 relavansi,
pilihan profesi, identitas profesional dasar, tahun-tahun pertama dan
sosialisasi profesional, tugas sekolah dan relevansi dari pelatihan. Sebanyak
40 cerita biohrafi dikumpulkan dari guru sekolah dasar yang telah dilatih di
perguruan tinggi dan pelatihan guru pra-kerja yang lamanya sama dalam 4 periode
yang berbeda selam 40 tahun terakhir. Hasil penelitian menunjukan bahwa
pelatihan pra-kerja memiliki dampak nyata pada identitas, tetapi bahwa sebagian
besar dampak yang dinetralisasi dalam konteks kerja. Dalam hal ini, konsep
tradisional pekerjaan sekolah tetap yang memaksa guru baru untuk beradaptasi
dengan sekolah-sekolah yang nyata. Dalam kaitannya dengan tantangan yang
ditimbulkan oleh pengetahuan masyarakat.
Demirta
dalam penelitiannya yang berjudul Teachers’
job satisfaction levels yang bertujuan untuk mengidentifikasi tingkat
kepuasan pekerjaan guru sekolah dasar. Dengan desain penelitian model survei
yang bertujuan untuk menggambarkan peristiwa dan fakta mereka terlebih dulu.
Dengan target populasi guru sekolah dasar di pusat kota Elazig pada tahun 2009-2010.
Sampel terdiri dari 10 sekolah dasar yang dipilih dengan metode random
group sampling. Hasil dari penelitian menunjukan bahwa tingkat kepuasan
pekerjaan guru yang cukup tinggi. Perbedaan usia bermakna dalam rata, diman
para kelompok usia 36-40 memiliki rata-rata tertinggi dan kelompok 41 ke atas
memilii rata-rata terendah. Selanjutnya dalam hal senioritas profesional dan
cabang variable mengajar tidak ada perbedaan. Dengan demikian tingkat kepuasan
kerja guru berpengaruh positif agar tujuan pendidikan menjadi kenyataan.
Sekolah yang memiliki guru dengan tingkat kepuasan kerja tinggi akan memberikan
hasil pendidikan berkualitas dan membawa siswa sukses.
REFERENCES
Amzat. H. I. dan
Al-Hadhrami. A. M. 2011. Teachers' Professional
Development, Salary and Promotion in Relation to Why They are Declining from
Teaching Profession in Oman, European
Journal of Educational Studies Val. 3 No. 3, p. 189. Diunduh tanggal 13
November 2012 dari http://www.ozelacademy.com.
Anangisye. A. l.
W. 2010. Promoting Teacher Ethics in
Colleges of Teacher Education in Tanzania: Practices and Challenges, African Journal of Teacher Education
Vol. 1 No. 1, pp. 64-77. Diunduh Tanggal 14 November 2012 dari http://gir.uoguelph.ca/index.php.
Demirta, Zulfu.
2010. Teachers’ Job Satisfaction Levels, Procedia
Social and Behavioral Sciences Vol. 9, pp. 1069–1073. Diunduh tanggal 14
November 2012 dari www.sciencedirect.com.
Komba.
L.W. dan Nkumbi.E. 2008. Teacher
Professional Development in Tanzania: Perceptions and Practices, Journal
of International Cooperation in Education Vol. 11 No. 3, pp. 67-83.
Diunduh tanggal 13 November 2012 dari http://home.hiroshima-u.ac.jp/cice/11-3komba.pdf.
Lopes.
A. dan Tormenta. R. 2010. Pre-Service
Teacher Training, Primary Teachers’ Identities, and School Work, Literacy
Information and Computer Education Journal (LICEJ) Vol. 1 No. 1, pp. 7. Diunduh
tanggal 14 November 2012 dari http://infonomics-society.org.
Ross. A. J. dan
Gray. P. 2006. School Leadership and Student Achievement: The Mediating Effects
of Teacher Beliefs, Canadian Journal of
Education Vol. 29 No. 3, pp. 798-822. Diunduh tanggal 14 November 2012 dari
http://www.jstor.org.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar